
Saatnya pamitan. Siapapun itu, saya akan coba mengerti, sebelum semua menjadi kegalauan. Jalan terbaik adalah saat meninggalkan keraguan. Dan sebaiknya saya menjauhi harapan itu. Tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja. Solusi untuk kemenangan masing-masing pihak. Tidak pernah sebelumnya selega saat seperti ini. Mampu melepas, walaupun sebatas harapan. Catatanku tak akan sepi oleh cerita yang akan terus mengikutiku.
Yang pernah aku lalui, sepertinya berpotensi terulang lagi. Untuk itu, tidak ada salahnya “mengulang” untuk ke sekian kalinya. Di mana harapan itu ada, dan cahaya gelap akan selalu menyertainya. Akhirnya tidak ada kegelapan yang pergi, karena dia adalah teman terbaikku, setidaknya bila hanya untuk beberapa waktu ke depan.
Tak ada cahaya, jika tak ada panas. Panas muncul saat timbul api, dan api itu adalah muncul kaena suatu gesekan. Aku percaya, semua ini berhubungan dengan fase-fase itu. Cahaya, adalah ada, karena sebelumnya, dia hanyalah sesuatu yang tidak aku inginkan. Tiba-tiba muncul karena dia ingin melihat kita menangis dan karena keingintahuan dia, aku tersenyum. Ketukan jiwa ini mengalun. Lembaran demi lembaran yang indah.
Selamanya. Tak akan hancur, meski dia akan berjalan terus, dan aku akan inginkan harap. Berakhir. Niat sudah ada. Tergenapi oleh oleh indahnya duka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar