Aku pun kembali ke selembar kertas kusam. Hanya sebatas dua baris kata-kata, kemudian hilang. Coretan lengkungan-lengkungan, setiap himpitan sudut yang ada, dan titik yang terpatuk dari ujung bola bertinta. Ternoda, seperti sekian milimeter kupastikan keberadaannya. Namun, detaknya hanya bisa terdengar bila untaian wol kasar terhimpit di setiap jejak. Bersiaplah untuk orkestra sederhana yang bergema di hall yang berdinding anyaman bambu, sekalipun. Setiap sela-sela jari ini akan memberi arti, akan arti, dari setiap arti, yang tak pernah berarti.
Selasa, 28 Juni 2011
Merengkuh Sepoi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar