Minggu, 29 Maret 2009

Dari Bahul sampai ke Nino

Jum’at, 27 Maret 2009
Suatu gang yang sempit telah menyemarakkan mataku di pagi itu. Kursi tua yang aku duduki hanya sendiri di lorong itu. Bau tak sedap juga tak kalah kuat waktu itu. Tapi keadaan di sini lebih tenang, jauh dari keramaian jalan. Aku perhatikan gunung di depan mataku yang aku lihat di lantai dua itu seolah menyatu dengan atap-atap rumah yang berjubel di sekeliling rumah kos ini. Lama sudah aku tinggal di rumah saudaraku, ternyata tampak berbeda dengan rumah kos temanku yang satu ini, Bahul. Apalagi setelah melihat perempuan tua yang sepertinya pemilik rumah kos ini. Terlihat dengan sabar ia mengambil potong demi potong yang dilihatnya mengganggu kebersihan kos. Dengan jilbab dan busana muslimah yang dikenaknnya, ia berjalan ke depan rumah untuk membuang ke tempat sampah.

Aku dan Bahul pun menyusuri tangga untuk menuju ke motorku di bawah. Kami pun bergegas untuk segera pergi. Apalagi kalau bukan belajar kelompok di kos teman yang lain. Aku tak bergerak apa-apa. Karena pekerjaanku sudah dijadikan semacam acuan untuk mengerjakan tugas. Sambil merenung, dari pada terdiam, lebih baik aku pinjam laptop Nino untuk menulis kejadian-kejadian hari ini yang sudah menjadi hobiku sejak kuliah ini. Secara bergantian, teman-temannku bertanya kepadaku. Bahul, Nino, hingga Mirza. Layaknya seorang guru, akupun menjelaskan apa yang telah aku kerjakan. Memang, banyak yang mengaku phobia atau lebih pantas dikatakan malas dengan mata kuliah ini. Statistika. Aku pun berada di tengah-tengahnya. Pada waktu SMA pun aku tak kalah malas dengan mereka. Namun, untuk memperbaiki nasib, aku coba untuk bertahan. Aku tak mau kejadian aku keluar dari jurusan biologi terulang lagi. Jadi, entah apapun hasilnya nanti, aku sudah berusaha.
Entah mengapa juga aku kini lebih sering mobile, kata temanku, Nino. Kosku yang berjarak sekitar 4 km dengan kampusku sekaligus kos teman-temanku, membuat aku berhadapan dengan kosekuensi, yakni harus sering-sering keluar. Untungnya ada motor. Kesibukanku pun bertambah saat deadline karya tulis kelompokku tinggal tiga hari lagi untuk dikumpulkan. Kak Za Za, Kak Juwita, yang meminta aku untuk bergabung mengerjakan itu semua. Terbukti sehari ini sampai pukul 20.00 aku sudah sekitar 5 kali bolak-balik. Sebelumnya, aku juga singgah ke kos temanku, Ucup untuk mengambil printerku di suatu toko barang-barang komputer dan ke kos Nino untuk mengambil fileku yang ketinggalan di laptopnya.

Lelah, sudah pasti. Sejak pukul 21.00 pun aku sudah terlelap hingga 22.00. Tapi aku berusaha untuk tetap membuka mata. Aku selalu merasa menyesal bila sebelum 00.00 aku sudah terpejam. Aku lebih puas jika tidur saat melebihi itu, walaupun pada pagi harinya kurang begitu bugar. Tapi aku akan tetap seperti Advin yang sport-fun-elegant.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar